• Breaking News

    Klemen Tinal: Kembalilah Ke Pangan Lokal, Karena Sagu Lebih Sehat Dari Pada Nasi

    Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal mengajak masyarakat di Papua untuk mengonsumsi pangan lokal seperti sagu, untuk mengurangi kebutuhan beras di Papua.

    Tinal menyebut pangan lokal seperti sagu memiliki kandungan gula yang lebih rendah, sehingga lebih sehat dibandingkan nasi.

    Hal itu dinyatakan Tinal saat menyerahkan bantuan modal Pemerintah Provinsi Papua untuk usaha pengolahan sagu Sentani Meer di Kampung Kemiri, Kabupaten Jayapura, pada Selasa (14/7/2020).

    “Kalau semua orang Papua mengonsumsi sagu dan pangan lokal lainnya, maka itu kita normal, seperti yang dulu,” kata Tinal.

    Menurut Tinal, berbagai pangan lokal yang bisa dibudidayakan di Papua memiliki kandungan gula yang lebih rendah daripada nasi, sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.

    Tinal menyebut nasi yang memiliki kandungan gula tinggi cocok dikonsumsi orang yang memiliki banyak aktivitas dan membutuhkan banyak kalori.

    “Karena mengandung gula yang tinggi, nasi cocok untuk mereka yang melakukan aktivitas tinggi. Akan tetapi, kalau macam kita yang tidak terlalu beraktivitas, hanya makan langsung duduk dalam mobil, itu siap-siap mati,” kata Tinal.

    Oleh karena itu, Tinal mengajak masyarakat untuk kembali mengonsumsi pangan lokal. Ia mengakui, perubahan pola makan masyarakat asli Papua dengan mengonsumsi telah mengubah pola hidup mereka, termasuk menjadi malas berkebun membudidayakan pangan lokal.

    Pada masa pandemi Covid-19, Pemerintah Provinsi Papua sempat memberlakukan Pembatasan Sosial Diperluas dan Diperketat, yang membatasi transportasi ke Papua.

    Pembatasan itu membuat warga khawatir pasokan beras dari luar Papua akan terganggu, sehingga banyak warga mulai berbudidaya dan mengonsumsi pangan lokal lagi.

    Efelin Sokoy menyatakan ia tidak khawatir jika ketersediaan beras berkurang pada masa pandemi Covid-19.

    “Mengonsumsi pangan lokal seperti sagu sudah menjadi kebiasaan kami. Jadi, saat pandemi Covid-19 ini, kami rasa biasa saja. Tidak ada nasi tidak masalah bagi kami, karena ada hutan sagu dan kebun sayur-sayuran yang bisa kami ambil dan kelola,” jelas Sokoy

    Tidak ada komentar

    iklan

    TesTer