• Breaking News

    Pemerintah Akan Bangun 5 Bandara di Atas Laut Untuk Mendongkrak Sektor Pariwisata



    Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkap sederet proyek infrastruktur yang saat ini jadi prioritas untuk dibangun. Salah satunya adalah 5 bandara perairan atau waterbase, yang bakal dibangun untuk mendukung pariwisata. Jenis bandara ini di atas air, baik danau maupun laut dengan pesawat amfibi.

    Bandara perairan belum begitu dikenal di Indonesia, ada beberapa bandar udara perairan yang merupakan bandar udara khusus yaitu bandar udara perairan milik Newmont (Aman Mineral) yang berlokasi di Benette Nusa Tanggara Barat (NTB), Bandar Udara Moyo di NTB, bandar udara Perairan di Pulau Bawah Anambas, dan Kahayan River di Kalimantan Tengah.

    Ada 10 lokasi yang jadi studi Kemenhub untuk waterbase adalah daerah Danau Toba - Sumatera Utara; Pulau Senua - Kepulauan Riau; Pulau Gili Iyang, Sumenep - Jawa Timur; Derawan, Berau - Kalimantan Timur; Gili Trawangan, Lombok Utara - NTB, Labuan Bajo, Manggarai Barat - Nusa Tenggara Timur; Bunaken, Manado - Sulawesi Utara, Wakatobi - Sulawesi Tenggara, Pulau Widi, Halmahera Selatan - Maluku Utara; dan Raja Ampat - Papua Barat.

    "Kita membangun 21 bandara baru. Kita membangun 10 bandara hub primer. Melakukan perbaikan 175 bandara, dan juga mengupayakan 5 lokasi bandara perairan untuk pariwisata perairan," kata Budi Karya Sumadi dalam sebuah webinar, Jumat (14/8/20).

    Belum jelas kapan proyek tersebut bakal direalisasi. Hanya saja, Budi Karya menambahkan juga bakal membangun jembatan udara untuk pesawat-pesawat perintis sebanyak 37 rute ke lokasi-lokasi yang memiliki wilayah geografis tinggi di pedalaman. Hal ini menjadi konsen Presiden Jokowi dalam mendorong konektivitas.

    "Saat ini Kemenhub terus melakukan pembangunan dan pengembangan infrastruktur terutama di daerah-daerah atau pulau-pulau yang sangat sulit dijangkau dengan moda darat dan laut," urainya.

    Ia mengakui pembangunan infrastruktur transportasi sempat terganggu karena pandemi Covid-19 ini. Hal ini lantaran adanya pembatasan pergerakan masyarakat yang membuat stakeholder perhubungan tak bisa bergerak bebas seperti dalam kondisi normal.

    "Masa pandemi ini membuat kita dilematis dalam beberapa hal. Pertama, berkaitan dengan pembangunan, karena dengan adanya pandemi tentu semua stakeholder tidak maksimal melakukan kegiatan," paparnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga sempat mengungkit adanya rencana pembangunan bandara perairan. Ini untuk mendukung pesawat udara yang dimanfaatkan sebagai sarana pariwisata.

    "Kita juga ingin mengembangkan kapal-kapal seaplane ini untuk di daerah daerah yang banyak orang diving. Seperti Danau Toba, seperti Labuan Bajo, di Raja Ampat," tuturnya.

    Ia menekankan bahwa proyek ini harus punya manfaat di dalam negeri. Komponen dalam negeri jadi perhatian serius agar berdampak positif bagi masyarakat.

    "Ini kita coba pakai dalam negeri. Karena presiden perintahkan penggunaan APBN, penggunaan stimulus. Kita upayakan semua pakai lokal konten," tegasnya.



    Tidak ada komentar

    iklan

    TesTer