• Breaking News

     Cara Biak merawat toleransi beragama di Tanah Papua



    Salah satu daerah yang dapat menjadi barometer dan contoh toleransi kehidupan beragama di Tanah Papua yang damai,  adalah kehidupan masyarakat di Kabupaten Biak Numfor, yang menjunjung tinggi toleransi dan mampu merawat keharmonisan hidup antarumat beragama

    Dalam berbagai kegiatan keagamaan di Kabupaten Biak Numfor, seperti  ketika umat muslim menjalani ibadah puasa, hari raya dan halalbihalal, maka umat yang beragama lain ikut serta melaksanakan penyambutan momentum keagamaan tersebut.

    Begitu juga di saat umat Hindu melaksanakan Hari Raya Nyepi, maka pemeluk agama lain juga memberikan dukungan bagi umat Hindu melakukan kegiatan ibadah sesuai keyakinan.

    Bahkan, ketika umat Budha di Kabupaten Biak Numfor yang jumlahnya tidak banyak, melakukan perayaan dan ibadah pada Imlek dan Waisak, dapat menjalankan ibadahnya dengan nyaman, damai dan kondusif di vihara setempat.

    Sementara itu, di momentum Hari Raya Natal yang setiap tahun dilaksanakan umat Kristiani, hal yang menjadi pengikat kehidupan beragama yang harmonis, maka  umat muslim, Budha dan Hindu juga turut memberikan ucapan selamat dan melakukan tradisi saling mengunjungi, dari satu rumah ke rumah lainnya.

    Kebahagiaan umat Kristiani merayakan Natal juga dirasakan umat beragama lain di Kabupaten Biak Numfor.  Suasana kebersamaan, saling mengunjungi rumah warga lain, mengunjungi antarteman, sahabat, keluarga dan saudara sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menjadi pemandangan yang menyejukkan.

    Toleransi beragama yang selalu diwujudkan masyarakat Biak Numfor, Provinsi Papua, menjadi bukti akan keberhasilan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor dalam melibatkan warga untuk merawat kebhinnekaan dan perbedaan keyakinan. Perbedaan menjadi satu kekuatan dalam kehidupan beragama yang harmonis di Biak, salah satu daerah kecil di ufuk Timur Kepulauan Pasifik.

    Komitmen pemerintah

    Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap mengatakan, keberhasilan Biak Numfor menjadi salah satu kabupaten di Tanah Papua yang paling tinggi perolehan nilai penerapan kehidupan toleransi beragama.

    "Biak Numfor sebagai daerah miniatur NKRI yang masyarakat dari berbagai suku, budaya, bahasa dan warna kulit berbeda tetapi tetap satu hidup toleransi beragama dan harmonis saling menghargai adanya perbedaan, " ujar Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap di Biak, Senin.

    Kehidupan toleransi beragama,  tidak saja saling menghargai perbedaan tetapi masing-masing warga tetap menjaga keharmonisan hidup saling berdampingan, rukun dan damai satu dengan lainnya.

    Keterlibatan semua umat beragama dalam berbagai kegiatan pemerintah menjadi komitmen yang terus diwujudkan Pemkab Biak Numfor dengan visi misi Biak yang religius, berkarakter dan berbudaya.

    Ketika semua umat beragama menyatakan sikap dengan kesadaran menjaga keharmonisan toleransi beragama, maka terwujud kedamaian, kebersamaan dan persatuan rakyat Indonesia yang kokoh dalam perbedaan.

    Bupati Biak Numfor Herry Naap mengakui, meski kehidupan toleransi beragama di Biak Numfor dinilai terbaik tetapi tetap menjadi perhatian warga karena dapat saja hal-hal kecil yang terjadi dalam kegiatan yang sudah harmonis disalahgunakan pihak lain untuk memecah belah umat beragama.

    Teruslah bersama dengan pemerintah daerah dalam menjaga keharmonisan, toleransi beragama dan kebhinekaan sebagai modal besar membangun keutuhan NKRI.

    "Ya Biak Numfor menjadi miniatur Indonesia sebagai pelopor kehidupan toleransi beragama di Tanah Papua. Sebagai contoh organisasi wanita Sulawesi Selatan yang mayoritas beragama Islam tetapi menggelar ibadah Natal bersama di gereja, " ucap Bupati Herry Ario Naap.

    Peringkat dua nasional

    Kehidupan toleransi beragama di Tanah Papua pada tahun 2022 masuk peringkat dua nasional di bawah "Negeri Nyiur Melambai", Provinsi Sulawesi Utara.

    Kepala Bidang Ketahanan Sosial Budaya Agama Kebudayaan dan Ekonomi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Papua Raymondus Motte mengakui, indeks penilaian kerukunan umat beragama di Tanah Papua menjadi contoh, mendapat peringkat dua nasional.

    Konsepsi kerukunan umat beragama yang menjadi pijakan dalam kehidupan di masyarakat tidak lepas dari definisi kerukunan beragama terdapat dalam Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri  Nomor 9 dan 8 Tahun 2006.

    Kehidupan harmonis di antara warga karena adanya hubungan sesama umat beragama yang dilandasi rasa toleransi, saling pengertian, saling menghormati, dan saling menghargai.

    Selain itu, toleransi beragama di Tanah Papua terbaik,  karena adanya kesetaraan dalam pengamalan ajaran agama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam bingkai NKRI berdasarkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945.

    Upaya bersama dan sinergi membangun serta meningkatkan kerukunan umat beragama harus terus dilakukan mengingat bahwa kondisi kerukunan umat beragama sangat dinamis.

    Faktor kerukunan umat beragama dan faktor moderasi beragama menjadi penting. Artinya, ke depan penguatan program moderasi beragama ini merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan kita di masa mendatang karena menjadi tema besar arah bagi kebijakan program pembangunan agama di Indonesia.

    Sebagai warga Papua, menurut Raymondus, patut  bersyukur karena masyarakat di Tanah Papua mayoritas penduduknya pemeluk agama Kristiani tetapi tetap memberikan kebebasan beragama.

    "Penganut agama Islam, Budha, Hindu hingga penganut aliran kepercayaan tetap hidup harmonis, rukun dan damai melaksanakan ibadah sesuai keyakinan, " katanya.

    Pemimpin agama

    Ketua Badan Pekerja Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Klasis Biak Selatanm Pendeta Yohanes Kbarek, mengakui, kehidupan toleransi beragama di Tanah Papua sangat bagus. Hal itu di antaranya merupakan peran utama dari pemimpin umat beragama.

    "Nilai toleransi dan kerukunan umat beragama di Biak Numfor menjadi penting terus digaungkan pemuka agama di tengah kehidupan masyarakat yang berbeda keyakinan, suku, ras dan etnis dan bahasa tetapi tetap satu hidup toleransi saling menghargai dalam perbuatan, " sebut Pendeta Kbarek.

    Ketua Badan Pekerja GKI Klasis Biak Selatan ini memberikan apresiasi atas upaya nyata Pemkab Biak Numfor dalam merawat kebhinnekaan dan toleransi kehidupan beragama yang harmonis.

    Ketika nilai toleransi beragama terjaga dengan baik, maka memberikan jaminan akan keberlangsungan berbagai program pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah.

    Badan Pekerja GKI Klasis Biak Selatan sangat berterima kasih dengan kebijakan pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap dan Wabup Calvin Mansnembra karena sangat melibatkan para pemuka agama untuk merawat kehidupan toleransi beragama.

    "Peran pemuka Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha sangat nyata, menjaga toleransi beragama yang mantap di Tanah Papua, "  ucap Pendeta Kbarek menandaskan.

    SUMBER : https://bengkulu.antaranews.com/amp/berita/265905/cara-biak-merawat-toleransi-beragama-di-tanah-papua

    Tidak ada komentar

    iklan

    TesTer